ARTIKEL

“Anak udah SD gabisa baca, Autis ya?”

 

Halo Mama Papa, kakak layan, dan pemerhati anak lainnya! Anak SD belom bisa baca bukan berarti Autis loh … Ada 2 hal yang sebaiknya kita ‘luruskan’ disini.

autisme-psikologi-uin-malang

Pertama, pengertian Autis. Autis atau yang disebut Autisme adalah gangguan perkembangan yang mempengaruhi komunikasi verbal dan nonverbal, interaksi sosial, dan munculnya perilaku berulang-ulang dan gerakan stereotip (Mash & Wolfe, 2010). Karakteristik utama dalam Autisme adalah adanya kesulitan dalam melakukan interaksi sosial (misal, mempertahankan eye contact), komunikasi (misal, keterlambatan dalam bahasa lisan), dan perilaku repetitif (misal, sering memutar-mutar tangan). Masih banyak karakteristik Autisme lainnya, namun dapat dilihat disini bahwa selama anak masih dapat mengerti komunikasi yang kita lakukan dan paham interaksi sosial yang terjadi di sekitarnya, maka hindari penyebutan anak tersebut Autis.

Kedua, anak yang sudah duduk di bangku SD namun belum bisa membaca.

Tahukah mama-papa, kakak layan, dll, bahwa mengenalkan huruf dan mengajarkan membaca sebenarnya adalah tugas utama dari guru kelas 1 SD? Mengapa? Karena memang tugas perkembangan anak usia tersebut adalah belajar bentuk huruf dan angka. Tidak bisa dipungkiri, karena adanya tuntutan zaman, kebanyakan sekolah SD saat ini sudah menuntut para murid untuk dapat membaca sebagai tes seleksi awal.

Untuk kakak layan, khususnya kakak kelas TK dan kelas kecil, juga seringkali menghadapi kesulitan seperti ini. Maunya sih bikin alat peraga atau lagu yang keren, namun ternyata masih ada adik-adik yang sulit membaca.

Nah kalau kondisinya sudah seperti ini, baik untuk orang tua maupun kakak layan, jangan putus asa! Berikut ini ada beberapa tips untuk dapat meningkatkan kemampuan membaca pada anak:

  1. Hindari Hukuman

bagaimana_cara_mendisiplinkan_anak_ftr-848x421

Memberikan hukuman dengan harapan anak semakin termotivasi belajar justru berdampak buruk loh! Selain proses belajar tidak optimal, anak akan mempunyai pengalaman bahwa belajar itu tidak menyenangkan. Ujung-ujungnya, kalau disuruh belajar lagi, pasti males-malesan. Hindari juga memarahi anak di depan teman-teman karena hanya membuat anak semakin malu dan tidak berani untuk membaca.

Lalu sebaiknya bagaimana? Coba perbanyak tips no.2

  1. Berikan Pujian

Don’t-Praise-When-You-Don’t-Mean-It

Terus apresiasi setiap kemajuan anak, sedikit apapun itu. Jika anak salah, orang tua atau kakak layan dapat memberikan koreksi yang tepat dengan intonasi yang tegas, namun tidak membentak.

Untuk kakak layan, tidak jarang menyuruh anak membaca ayat alkitab di dalam kelas. Bila suatu ketika anak ternyata salah mengucapkan dan teman-teman lain tertawa, kakak layan jangan ikut tertawa ya (atau malah menjadikan lelucon kelas, big NO-NO!) J tetapi, lebih baik membantu dengan berkata “tidak apa-apa, yuk kita baca sekali lagi bersama-sama” dan pastikan kakak layan membaca di samping anak, agar anak tahu bahwa ia sedang dilindungi.

  1. Gunakan Metode Menarik (dan tetap sabar ya)

cara-menjadi-diri-sendiri-2

Cara mendasar menarik perhatian anak adalah melalui gambar dan warna. Mama Papa dan kakak layan dapat menuliskan atau menempelkan huruf-huruf pada karton berwarna. Boleh juga disertai dengan gambar-gambar hewan atau benda yang diawali huruf tersebut (pasti sering liat dong di jual di toko buku atau pasar J). Selain itu, untuk mengajarkan huruf, dapat menggunakan benda-benda lunak yang merangsang indera peraba sehingga anak semakin mengingat. Misal dengan menggunakan pasir, tuntun anak untuk membentuk huruf menggunakan jarinya. Tentunya sambil mengucapkan langkahnya (Misal, huruf i, “tarik garis kebawah, terus dikasih titik satu diatas, tik. Jadi deh huruf i. huruf apa? iiiii.”) Bisa juga memakai lilin mainan yang dibentuk huruf.

Untuk kakak layan, tentunya alat peraga yang digunakan harus tercetak dalam huruf yang besar dan dapat dibaca. Untuk alat peraga yang dicetak, lebih baik menggunakan kertas berukuran minimal A3+. Untuk alat peraga berupa slideshow PPT, sebaiknya font yang dipilih jelas dan menarik untuk anak (misal, Comic Sans, Print Bold, Chalkboard, atau Quicksand). Hindari penggunaan background yang terlalu banyak warna sehingga tulisan menjadi sulit dibaca.

  1. Minta Bantuan

istock_000006456892small1

Jangan segan untuk meminta bantuan orang lain. Untuk orang tua, apabila merasa sudah cukup banyak usaha yang dilakukan namun anak masih sulit untuk membaca, sebaiknya meminta bantuan ke tenaga ahli (terapis, psikolog, atau dokter) untuk mengetahui penyebabnya. Untuk kakak layan, apabila anak sudah besar namun belum bisa membaca sedangkan teman-teman lain sudah lancar membaca, jangan takut untuk mengkomunikasikan kepada orang tua. Siapa tahu anak memang mempunyai kesulitan tersendiri sehingga kakak layan dapat menggunakan metode khusus untuk anak tsb.

Sekian beberapa tips dari saya. Cara-cara ini saya peroleh dari berbagai sumber dan hasil pengalaman pribadi saat berhadapan dengan anak. Bukan maksud untuk menggurui, hanya sekedar sharing karena tentu lebih banyak orang tua atau kakak layan lainnya yang juga lebih berpengalaman dari saya 🙂 Khusus kakak-kakak layan, tetap semangat dan sabar ya dalam melayani adik-adik kita!

Semoga bermanfaat! Tuhan memberkati!

Oleh: Fenesha Flourencia, S.Psi.

1546461_10202198733003464_1283449860_n

Sumber:

Azaroff, B.S. & Mayer, G.R. (1986). Achieving Educational Excellence: using behavioral strategies. New York: Holt-Rinehart Winston.
Mash, E. J. & Wolfe, D. A. (2010). Abnormal Child Psychology (4th ed). USA: Wadsworth Cengage Learning
Swastantika, D. (n.d.) diakses dari https://id.theasianparent.com